Refleksi Kebermaknaan Paradigma Coaching dalam Suvervisi Akademik

 

  1. Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh

Dalam Konteks pendidikan Coaching berkaitan erat dengan kegiatan Supervisi akademik. Kegiatan ini, dilakukan untuk memastikan  pembelajaran yang berpihak pada murid sebagaimana tertuang dalam standar proses pada Standar Nasional Pendidikan Pasal 12 yaitu:

Pelaksanaan pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b diselenggarakan dalam suasana belajar yang: 

  1. interaktif;

  2. inspiratif; 

  3. menyenangkan; 

  4. menantang; 

  5. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan 

  6. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta Didik. 

Pendekatan yang memberdayakan adalah coaching sebagaimana Whitmore (2003) ungkapkan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Sejalan juga dengan konsep Among KHD.

Paradigma coaching dalam supervisi akademik adalah proses kolaborasi, berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee, kunci pembuka potensi seseorang, membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya, kemitraan bersama klien, proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif. 

coaching sebagai salah pendekatan komunikasi dengan semangat among (menuntun).  Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.

Coaching, memiliki peran yang sangat penting dapat digunakan untuk menggali potensi diri dengan berbagai strategi yang disepakati bersama.  Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.

2. Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar?

Emosi yang dirasakan ketika mempelajari modul ini merasa tergugah dan tersadarkan bahwa konsep Supervisi yang biasa di lakukan di kalangan pendidikan masih belum tepat. Merasa tertantang untuk mnsosialisasikan kepada sejawat mengenai paradima coaching dalam supervisi dalam even tertentu. 

3. Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar?

Keterlibatan saya sendiri sebagai guru dalam proses pembelajaran berkaitan dengan paradigma coaching dalam supervisi ini adalah bagaimana saya sendrii mencoba menginternalisasi ruh supervisi akademik model baru ini dengan teman sejawat dan di lingkungan sekolah.

4. Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar?

Yang perlu diperbaiki adalah cara saya sendiri menginternalisasi konsep supervisi dengan paradigma coacing, Pun pola coaching ini sangat epektif dalam mendorong sumberdaya siswa dalam pembelajaran. mencoba mennsosialisasikan kepada sejawat atau dalam forum komunitas. Saya juga akan mencoba mensosialisasikannya kepada Kepala Sekolah.

5. Implikasi terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi

Implikasi terhadap saya sendiri sebagai guru tentunya akan lebih mematangkan secara pribadi. Berfikir analitis, kreatif, lebih banyak mendengar, mempelajari, dan mengadopsi coaching dalam komunikasi. Karena pada dasarnya pola komunikasi dengan coaching menjadikan saya sebagai pribadi akan merasa nyaman begitupun lawan bicara akan merasakan hal yang sama. Karena tumbuhnya sikap saling toleran, kesetaraan, saling menghargai, saling memberdayakan.

6. Pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh

Pertanyaan dari diri saya sendiri yang muncul adalah bagaimana supaya dalam upaya saya memperkenalkan paradigma supervisi model coaching ini bisa dimanfaatkan dalam lingkungan saya sendiri, atau ungkin di daerah saya. Siapa yang harus dihubungi? Bagaimana cara menyampaikannya? Kapan waktuyang tepat? Media apa digunakan?

7. Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru

Pendapat saya sendiri konsep coaching bisa digunakan bukan  hanya dalam kepentingan pendidikan. Dirumah tangga, di keluarga, atau komunitas masyarakat lainnya. Konsep dasarnya mengenai bagaimana mebangun komunikasi yang merdeka satu sama lain dan saling memberdayakan. Saling menghormati, dilandasi saling percaya satu sama lain. Namun diperlukan daya empati, kreatifitas, dan niat besar membantu akan lebih cepat dalam menajamkan kegiatan coaching.

8. Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Tantangan yang dihadapi sekarang adalah keadaan sekolah juga daerah di tataran pemangku kebijakannya masih berorientasi suparvisi akademik dengan model lama. Bersifat adminitratif, satu arah, dan beum berkelanjutan. Bahkan target akhir dari supervisi adalah munculnya program pengembangan diri di komunitas atau sekolah.

9. Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi

Alternatif solusi dari tantangan yang ada bis dipetakan sebagai berikut. Saya mempunyai kedekatan dengan pemangku kebijakan kasi kurikulum Dinas pendidikan, teman Prajabatan, segera ketika saya ketemu akan menyampaikan hal ini, juga beberapa pengawas yang saya kenal juga merupakan iNstruktur dan Fasilitator Program Guru penggrak,, dalam even tertentu saya mengajak mereka berefleksi untuk mengupayakan plan sosialisasi di tataran pemangku kebijakan dinas pendidikan Kabupaten Cirebon. Proses duplikasi pemahaan, dengan pola coachingtentunya akan sangat berpengaruh terhadap ketepatan  program dukungan untuk guru dalam mengembangkan dirinya sesuai kebutuhan zaman untuk melayani kebutuhan belajar peserta didik.

10. Menggambarkan rencana implementasi (praktik) sesuai konteks tempat CGP mengajar (baik tingkat sekolah maupun daerah)

Rencana implementasi di kelas tentu saja dalam proses pembelajaran, ketika menemukan situasi tertentu, saya kan mencoba pola - pola coaching ini terhadapo siswa, pun dalam menumbuhkan budaya positif dn disipllin positif.

11. Penghalaman Masa Lalu

pengalaman masa lalu yang berkaitan konspe coaching adalah mengenai salah satu  kegemaran saya mendengarkan pengalaman orang-orang, atau dalam kata lain mewawancarainya, saya meyakini bahwa orang yang lebih tua atau ahli dalam bidang tertentu bisa memberikan input pengetahuan yang saya butuhkan atau pengetahuan mereka akan menginspirasi saya. Ataupun saya merasa senang memberikan saran atau pandangan terhadap sebuah permasalahn terjadi.

12. Penerapan di masa mendatang terkait pengetahuan baru mengenai konesp ?

Namun dengan diketahuinya pengetahuan baru ini dipastikan salah satu kegemaran saya mewawancara itu akan saya ubah dengan pola komunikasi coaching yang lebih memberikan daya komunikasi yang epektif dan efisien. Menumbuhkan kreatifitas saya sebagai penannya juga orang-orang yang ditanya atau yang mempunyai permasalahan.

konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari

Praktik baik yang telah dilakukan di lingkungan sekolah tentu saja dalam setiap obrolan apapun saya berupaya menggunakan metode coaching. Misalnya kepada siswa bermasalah. Guru yang sedang mau curhat, ataupun sejawat yang mengemukakan  pendapatnya akan saya gali terus dengan metode coaching.

Diferensiasi proses dan konten saya cobakan juga di kelas dengan siswa. Beberapa siswa yang mungkin cepat dalam menyerap materi saya coba kolaborasikan mereka dalam kelompok untuk menjadi tutor sebaya. Sementara yang masih perlu bantuan saya pandu mereka dalam mendorong keterampilan terntentu.

13. Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP?

Informasi didapat dari sumber lain mengenai coaching. Dariseumber lain didapat bahwa coaching juga berkaitan dengan kemampuan seseorang membaca bahasa tubuh, gerakan mata, gerakan badan, yang menanadakan pernyataan tertentu yang tersembunyai dari seseorang. Namun lepas dari itu semua tahap awal coaching menurut buku tersebut adalah bagimana membangun relasi dan kepercayaan itu yang paling penting. Biarkan semuanya terjadi secara alamiah. Baru akan di dapat hasil coaching yang maksimal dalam menumbuhkan keberdayaan coachee. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Idiom (Ungkapan Kata) dalam Bahasa Sunda

Sertifikat Guru Penggerak, Kiwari Bakal Loba nu Ngudag!